Tetangga RI Beli Kapal Selam Nuklir AS, China Uring-uringan

Pre-commissioning Unit (PCU) kapal selam serangan kelas Virginia John Warner (SSN 785) dipindahkan ke dok kering terapung Newport News Shipbuilding dalam persiapan untuk pembaptisan 6 September di Newport News, Virginia, AS 31 Agustus 2014. (U.S. Navy/John Whalen/Huntington Ingalls Industries/Handout via REUTERS)

Australia memastikan niatnya untuk membeli lima kapal selam nuklir dari Amerika Serikat (AS). Hal ini terjadi saat China terus mengembangkan pengaruhnya di wilayah Asia Pasifik.

Dilaporkan AFP, pengumuman datang di sebuah acara di pangkalan angkatan laut San Diego, California, AS. Presiden AS Joe Biden disebut menjamu Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese dan Perdana Menteri (PM) Inggris Rishi Sunak.

“Dengan kapal selam nuklir kelas Virginia … Amerika menjaga stabilitas di Indo-Pasifik selama beberapa dekade dan bahwa aliansi kapal selam akan mendukung prospek perdamaian selama beberapa dekade mendatang,” kata Biden dalam kesempatan itu, dikutip Rabu (15/3/2023).

Australia sendiri mendapat kapal selam nuklir setelah bergabung dengan aliansi AS-Inggris, AUKUS. Aliansi ini dibentuk sebagai tandingan Beijing yang semakin kuat di wilayah Asia Pasifik.

Kesepakatan ini datang saat Presiden China Xi Jinping memperluas kekuatan militer negaranya dan berusaha memperluas pengaruh Beijing jauh ke seluruh Indo Pasifik. Ini telah mengusik kekuatan Barat di kawasan.

Di sisi lain, negara-negara AUKUS bersitegang dengan China terkait banyak hal, mulai dari Taiwan, sengketa Laut China Selatan (LCS), pengaruh keamanan Beijing di Pasifik, hingga perang dagang.

Pada pengarahan harian hari Senin, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan AUKUS telah ‘sepenuhnya mengabaikan kekhawatiran komunitas internasional dan melangkah lebih jauh ke jalan yang salah dan berbahaya’.

“Kesepakatan itu akan merangsang perlombaan senjata, merusak sistem non-proliferasi nuklir internasional dan merusak perdamaian dan stabilitas regional,” paparnya dikutip CNN International.

Peter Dean, direktur Kebijakan Luar Negeri dan Pertahanan di Pusat Studi Amerika Serikat di University of Sydney, mengatakan klaim China itu berlebihan. Ia bahkan menuduh hanya China yang terlihat ‘kepanasan’ dengan pembelian kapal selam ini.

“Jika ada perlombaan senjata di Indo-Pasifik, hanya ada satu negara yang berlomba, dan itu adalah China,” katanya.

Meski begitu, masih ada resiko yang mengintai dengan adanya kapal selam nuklir Australia dan sekutu AUKUS-nya di masa depan. Peneliti Pusat Kajian Strategis & Pertahanan di Australian National University, Ristian Atriandi Supriyanto, mengatakan negara-negara kecil di sekitar AUKUS pun telah fokus mengamati keberadaan kapal ini.

“Dengan lebih banyak rotasi kapal selam AS dan Inggris di Australia, ada kebutuhan yang lebih besar bagi China untuk mengawasi unit-unit ini dan dengan demikian, meningkatkan kemungkinan kecelakaan atau insiden di laut,” katanya.

Sementara itu, pembelian kapal selam nuklir ini dirasa oleh peneliti dari University of New South Wales, Richard Dunley, sebagai terobosan. Pasalnya, ini dapat menambah kekuatan Negeri Kangguru dalam bertahan di kedalaman laut dengan durasi yang cukup lama bila ancaman dari China tiba.

“Ini sangat kompleks dan sangat berisiko. Tetapi ketika pengumuman dan keputusan awal dibuat pada tahun 2021, hanya ada sedikit pilihan bagus yang tersisa untuk Australia. Jadi saya pikir mereka telah tampil sebaik yang mereka bisa lakukan,” tambahnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*