Setoran Bea Cukai Lesu, Sri Mulyani Bocorkan Penyebabnya

Sri Mulyani Ungkap Soal Klub Moge Hingga Kasus Anak PNS Ditjen Pajak (CNBC Indonesia TV)

Kementerian Keuangan mencatat penerimaan bea dan cukai hingga Februari 2023 sebesar Rp 53,27 triliun, nilai ini turun sebesar 6,13% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy).

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan penurunan ini disebabkan oleh penurunan drastis bea keluar hingga mencapai -69,01%. Ini merupakan dampak dari termoderasinya harga CPO dan penurunan volume ekspor komoditas mineral.

“Bea dan cukai ceritanya selama pandemi nggak pernah mengalami kontraksi, baru sekarang mengalami penurunan sedikit, ini karena bea keluar yang mengalami koreksi. Komposisinya untuk bea masuk masih tumbuh 15,6%, cukai tidak mengalami pertumbuhan 0%, namun bea keluar mengalami penurunan tajam 69%,” terang Menkeu Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita, Selasa (14/3/2023).

“Ini terutama karena harga CPO yang seperti Anda lihat tadi dari 1700 menjadi 900 sehingga mengalami penurunan dan beberapa komoditas mineral yang dalam hal ini menunjukkan koreksi yang mulai bisa ditangkap dari penerimaan bea keluar kita,” jelasnya.

Jika diuraikan berdasarkan komposisinya, hingga Februari 2023 bea masuk mengalami pertumbuhan 15,64% yoy atau memberikan penerimaan negara sebesar Rp 7,88 triliun. Menkeu menjelaskan bahwa hal tersebut terjadi karena nilai tukar Indonesia yang melemah sehingga penerimaan dalam bentuk rupiah menjadi meningkat.

“Untuk bea masuk Rp 7,88 triliun, itu tumbuh 15,64%. Ini volume mungkin tidak naik tapi harga dari barang komoditasnya karena kurs kita mengalami perlemahan sehingga penerimaannya sepertinya naik,” jelasnya.

“Jadi penerimaan dari komoditas utama kita masih tumbuh ditambah kurs yang melemah sehingga penerimaan itu dalam bentuk rupiah mengalami kenaikan 15,64% yoy,” lanjutnya.

Ia menjelaskan, berdasarkan besaran nilainya penerimaan, bea masuk yang paling besar berasal dari gas, kendaraan roda empat, suku cadang, mesin tambang & konstruksi, dan beras yang diimpor.

Sedangkan berdasarkan pertumbuhannya, secara tahunan penerimaan bea masuk dari beras, kendaraan roda empat, suku cadang, dan mesin tambang & konstruksi mengalami kenaikan, sementara gas alam merupakan komoditas yang mengalami penurunan.

Sementara itu, penerimaan bea keluar turun tajam hingga -69,0% menjadi Rp 2,04 triliun pada Januari-Februari 2023, dibandingkan Rp 6,57 triliun pada Januari-Februari 2022.

Menkeu mengungkapkan penurunan ini terjadi karena dipengaruhi penurunan harga CPO yang tercatat menyentuh angka 880 pada Februari 2023, serta adanya penurunan ekspor komoditas mineral akibat pembatasan ekspor beberapa komoditas tersebut.

“Harga CPO yang turun dan volume dari ekspor mineral kita juga turun. Harga CPO lebih rendah dibandingkan tahun lalu mengkontribusikan 70% kontraksi penerimaan bea keluar kita,” jelasnya.

Kemudian, penerimaan cukai hasil tembakau hingga Februari 2023 tercatat sebesar Rp 42,27 triliun, nilai ini turun tipis -0,01% yoy. Hal ini disebabkan oleh turunnya pemesanan pita cukai bulan Desember 2022 yang dilunasi pada Februari 2023.

“Cukai mencapai Rp 42,47 hampir flat turun 0,01%, untuk golongan 1 turun tajam 7,69% produksinya 21,47 miliar batang tahun ini, golongan 2 justru mengalami kenaikan sebanyak 10,89 miliar batang atau naik 7,83% dan golongan 3 7,55 miliar batang, tumbuh sebesar 46,15%,” ungkap Menkeu.

Secara total produksi, Kemenkeu mencatat jumlah produksi hasil tembakau hingga Februari 2023 masih tumbuh sebesar 3,60%, dari tahun 2022 sebanyak 38,54 miliar batang menjadi 39,92 miliar batang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*