PBB: Perang Gaza Langgar Hukum Internasional, Israel Ngamuk
Berbicara di hadapan Dewan https://138kas.info/ Keamanan PBB yang beranggotakan 15 orang pada Selasa (24/10/2023), Guterres memohon agar warga sipil dilindungi dan memperingatkan bahwa pertempuran tersebut berisiko menimbulkan konflik yang lebih besar di wilayah tersebut.
“Penting juga untuk menyadari bahwa serangan Hamas tidak terjadi dalam ruang hampa. Rakyat Palestina telah menjadi sasaran pendudukan yang menyesakkan selama 56 tahun,” kata Guterres, seperti dikutip Al Jazeera.
“Tetapi keluhan rakyat Palestina tidak bisa membenarkan serangan mengerikan yang dilakukan Hamas dan serangan-serangan mengerikan itu tidak bisa membenarkan hukuman kolektif terhadap rakyat Palestina,” tambahnya.
Guterres juga mengkritik Israel tanpa menyebutkan namanya. Ia mengatakan “melindungi warga sipil tidak berarti memerintahkan lebih dari satu juta orang untuk mengungsi ke selatan, di mana tidak ada tempat berlindung, tidak ada makanan, tidak ada air, tidak ada obat-obatan dan tidak ada bahan bakar, dan kemudian terus melakukan pengeboman di bagian selatan itu sendiri.”
Dalam pidatonya, Guterres juga menyebut serangan Hamas “mengerikan dan belum pernah terjadi sebelumnya” dan menuntut pembebasan sekitar 200 orang yang ditangkap dan ditawan oleh Hamas.
Komentar Sekretaris Jenderal tersebut memicu kemarahan Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan, yang menyebut pidato tersebut “mengejutkan”.
“Pernyataannya bahwa ‘serangan Hamas tidak terjadi dalam ruang hampa’ mengungkapkan pemahamannya terhadap terorisme dan pembunuhan,” tulis Erdan melalui media sosial X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
“Sungguh menyedihkan bahwa pemimpin sebuah organisasi yang muncul setelah Holocaust memiliki pandangan yang begitu buruk.”
Israel telah membombardir Jalur Gaza yang terkepung tanpa henti sejak 7 Oktober, sebagai pembalasan serangan mendadak Hamas ke Israel selatan, menewaskan sedikitnya 1.400 orang menurut pihak berwenang Israel.
Setelah serangan itu, Israel memutus pasokan air, makanan, bahan bakar, dan listrik ke 2,3 juta penduduk wilayah kantong tersebut. Mereka juga melancarkan serangan ke wilayah tersebut, menewaskan sedikitnya 5.791 orang.