Perang Rusia dan Ukraina makin terus terjadi. Sejumlah hal terjadi beberapa hari terakhir.
Terbaru, Rusia dilaporkan menyerang drone Amerika Serikat (AS) di dekat perbatasan Ukraina. Ini dikhawatirkan menyeret lebih jauh keterlibatan Washington dalam pertempuran langsung dengan Moskow, bahkan menimbulkan perang baru global bak perang dunia 3 (PD3).
Berikat enam faktanya dirangkum CNBC Indonesia, Rabu (15/3/2023).
Rusia Serang Drone AS
Rusia dilaporkan sengaja menyerang drone AS, Selasa waktu setempat. Pesawat tak berawak itu ditabrak lalu terjatuh di Laut Hitam.
Pernyataan resmi disampaikan komandan AS untuk Angkatan Udara Eropa dan Angkatan Udara Afrika, Jenderal Angkatan Udara AS James Hecker. Pesawat Rusia , Su-27 juga dilaporkan sempat menganggu drone tersebut.
“Pesawat drone MQ-9 kami sedang melakukan operasi rutin di wilayah udara internasional ketika dicegat dan ditabrak oleh pesawat Rusia,” katanya dikutip CNBC International.
“Akibatnya kecelakaan dan hilangnya MQ-9 sepenuhnya,” ujarnya.
“Beberapa kali sebelum tabrakan, Su-27 membuang bahan bakar dan terbang di depan MQ-9 dengan cara yang sembrono, tidak ramah lingkungan, dan tidak profesional,” tambahnya lagi.
Drone MQ-9 Reaper dirancang untuk mengumpulkan intelijen dan melakukan misi pengintaian. Ini diproduksi oleh General Atomics Aeronautical Systems.
Sistemnya diujicobakan dari jarak jauh. Drone dapat membawa kombinasi rudal Hellfire, Joint Direct Attack Munitions, dan Laser Joint Direct Attack Munitions.
Jawaban Rusia soal Drone AS
Rusia sendiri memberi komentar melalui Kementerian Pertahanan. Dua pesawat tempur Moscow, tegas pemerintah Presiden Vladimir Putin, tidak melakukan kontak dengan drone AS yang beroperasi di Laut Hitam.
Rusia mengatakan dalam sebuah pernyataan yang diposting di saluran Telegram resminya bahwa drone itu terbang dengan transpondernya di dekat Semenanjung Krimea. Ketika drone melakukan “penerbangan tanpa arah” dan kemudian jatuh ke air.
AS Panggil Duta Besar Rusia
Sementara itu, Juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan AS sedang dalam proses memanggil Duta Besar Rusia Anatoly Antonov. Ia mengatakan Washington akan membahas “pelanggaran hukum internasional yang kurang ajar.”
“Kami telah berkomunikasi dengan jajaan tingkat tinggi, dengan sekutu dan mitra kami sebelumnya, untuk memberi tahu mereka tentang insiden ini dan memberi tahu mereka apa yang kami ketahui,” kata Price dalam panggilan konferensi dengan wartawan.
“Kami juga berhubungan dengan Rusia melalui pejabat tingkat senior untuk menyampaikan keberatan kuat kami terhadap ‘pencegatan tidak profesional yang tidak aman ini’, yang menyebabkan jatuhnya pesawat tak berawak AS,” tambahnya.
Pernyataan Duta Besar Rusia
Di sisi lain, Duta Besar Rusia di Washington, Anatoly Antonov, memberi pernyataan. Meski tak membenarkan tau membantah, iamengatakan Rusia tidak menginginkan “konfrontasi” dengan AS.
Tetapi, tegasnya, pesawat Amerika, seharusnya tidak memiliki urusan berada di dekat perbatasan Rusia. Ia mengatakan negara manapun pasti akan bertindak jika ada hal demikian.
“Bisakah Anda bayangkan jika UAV (pesawat drone) seperti itu muncul tiba-tiba di dekat New York atau San Francisco?” katanya dikutip CNN International.
“Dapatkah Anda membayangkan reaksi pers AS, Pentagon, terhadap drone ini? Drone jenis apa itu? Pikirkan hal ini sebelum memanggil saya ke Departemen Luar Negeri. Ini adalah pesawat tanpa awak multiguna, dengan kemampuan serangan hingga muatan ledak 1.700 kg,” tegasnya.
“Katakan pada saya bagaimana Kementerian Pertahanan negara mana pun akan bereaksi terhadap ancaman bahaya yang muncul di sepanjang perbatasan mereka?” Tambahnya.
Ia pun menegaskan pilot Rusia sangat profesional. Di mana tidak ada kontak yang dilakukan, juga tidak ada senjata yang digunakan oleh jet Rusia.
“Saya pikir lebih baik kita berdiskusi di jalan kerja sama dan aksi bersama Departemen Luar Negeri, tapi sayangnya, komunikasi saya dengan Departemen Luar Negeri (AS) akhir-akhir ini hanya untuk mengatasi protes mereka tentang tindakan Federasi Rusia,” katanya lagi.
“Federasi Rusia tidak tertarik pada konfrontasi. Pihak Rusia tertarik pada hubungan pragmatis dengan AS untuk kepentingan rakyat Rusia dan Amerika,” jelasnya.
Kata NATO
Diplomat NATO di Brussel mengkonfirmasi insiden itu. Tetapi mengatakan mereka tidak mengharapkannya kejadian meningkat menjadi konfrontasi lebih lanjut.
Mengutip AFP, sumber militer Barat, mengatakan bahwa saluran diplomatik antara Rusia dan AS seharusnya dapat membantu membatasi perselisihan. Konfrontasi lebih jauh antara dua negara itu, di tengah krisis Ukraina tak diharapkan.
“Menurut saya, saluran diplomatik akan mengurangi ini,” kata sumber itu.
Fakta Lain
Diketahui dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah drone AS memang dilaporkan menghilang. Salah satu penyebabnya adalah “tembakan musuh”.
Di antaranya terjadi di 2019 di atas Yaman. Pemberontak Houthi kemungkinan melakukan itu.
Menurut laporan media, MQ-9 AS juga jatuh di Libya pada 2022. Sementara yang lain jatuh saat latihan di Rumania pada awal tahun yang sama.
Sayangnya Putin dan Presiden AS Joe Biden belum berkomentar soal eskalasi ini.